Sebaiknya anak anda jangan di imunisasi .

Imunisasi Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi?
Bila bibit penyakit penderita TBC, Hepatitis,
Meningitis, HIV, Campak, Volio atau penyakit
lainnya yang menyerang di tubuh seseorang di
ambil, baik berupa bakteri, virus, lantas diolah
sedemikian rupa entah dengan istilah dilemahkan
atau dilumpuhkan, kemudian binih penyakit tersebut
diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh anda atau
anak anda!
Apakah dengan senang hati anda menerimanya?
Aksi memasukkan bibit penyakit inilah yang akrab
disebut vaksinasi atau imunisasi.
Mungkinkah tindakan ini bisa meningkatkan daya
tahan tubuh bayi, anak-anak atau orang dewasa
sekalipun.
Sebuah tangis pecah saat sang bayi mungil di
tusuk dengan sebuah jarun injeksi untuk
dimasukkan sesuatu dalam tubuhnya. Dia hanya
menangis tak bisa menolak bahkan lari dari
suntikkan tersebut. Dia begitu pasrah dengan
tindakkan orang tuanya yang memilih jalan untuk
mengimunisasi buah hati mereka.
Apakah kita selalu diam saat tubuh mungil yang
selalu kita timang dimasukkan beragam racun yang
kemudian akan merayap di seluruh pembuluh darah
dan bersarang di organ-organ tubuh mereka?
Orang tua yang sehat dan arif tentu akan menolak
keras bahkan menentangnya bila hal itu terjadi.
Adakah orang akan sehat setelah dimasukkan
beragam racun dalam tubuhnya, bahkan racun-
racun tersebut ternyata adalah virus dan
bakteripenyakit berbahaya? Atau racun itu dapat
berupa khamr (minuman memabukkan), nuklir, bom
atom, sabun cuci, pembersih lantai, baterei,
pewarna (cat) dan bahan berbahaya lainnya?
Bahkan racun-racun tersebut bersala dari bangkai
babi, bangkai darah dan nanah?! Mari kita
renungkan..
Sejarah Vaksin
Menelaah sejarah vaksin membuat hati menjadi
geram, karena kita akan tahu betapa keji
perbuatan-perbuatan mereka yaitu kalangan
Yahudi untuk menguasai dunia dengan cara
menyebarkan racun/ kuman pembunuh untuk ras
lain terutama kaum muslim.
Pada abad 18 vaksin telah digunakan untuk
memusnahkan suku Indian yang dilakukan oleh
kaum zionis dengan pimpinan Jendral Jeffrer
Amherst, dengan cara menyebar kuman dan
penyakit yang disisipkan dalam selimut dan handuk
yang dibagikann ke suku tersebut.
Kemudian pada abad 19 serum berbahay tersebut
dijadikan amunisi sebagai senjata biologis dalam
pperangan bahkan untuk pembunuhan secara
massal. Yang akibatnya dapat menyerang dan
menghancurkan otak dan system syaraf pusat.
Dan di abad 20 ini, vaksin telah dikelolah secara
modern oleh Flexner Brothers, dan didanai oleh
Keluarga Rockefeller dan dia adalah salah satu
keluarga Yahudi yang berpengaruh di dunia. Dan
merupakan bagian dari Zionisme Internasional yang
memprakarsai pendirian WHO dan lembaga dunia
lainnya.
Pendeknya dari data historis vaksinasi dijadikan
program zionisme internasional dalam rangka
menggapai misi “new world order” (tatanan dunia
baru) untuk melestarikan kekuasaan Yahudi.
Program vaksin merupakan misi pengendalian
penduduk yang dengan program ini mereka meraup
dua keuntungan sekaligus, yakni penduduk
terkendali dan menuai keuntungan yang besar.
Artinya boleh jadi niat busuk Yahudi senada dengan
teori, bila ingin senjata laku maka ciptakan perang.
Begitu juga dalam masalah ini, mereka beranjak
dari teori bila ‘obat’ (produk farmasi) ingin laku
dan membuat orang lain menderita, ciptakan
penyakit. Dengan strategi pembodohan ini Yahudi
berusaha bangsa lain menderita sambil menguras
isi kantongnya dengan alasan kesehatan.
Persoalan Vaksin (Cara Membuat Vaksin)
Penggunaan barang haram dalam pembuatan
vaksin telah diakui oleh produsen vaksin terbesar di
tanah air yaitu Biofarma. Seperti pernah
diungkapkan Drs.Iskasdar, Apt; M.M ketika
menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan
PT Biofarma kepada Hidayatullah.com beberapa
waktu silam. Dia menjelaskan bahwa enzim tripsin
babi masih digunakan dalam pembuatan vaksin,
khususnya vaksin polio (IPV). Selain itu vaksin juga
menggunakan media biakan virus yang berasal dari
jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing,
dan dari retina mata manusia.
Sementara menurut Kepala Divisi PT. Biofarma, Drs.
Dori Ugiyadi mengatakan, ketiga sel kultur tersebut
dipakai untuk pengembangan vaksin influenza. “di
Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet
untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio
ayam untuk produksi vaksin campak.” Ujar Dori
seraya menambahkan secara produksi vaksin masih
menggunakan berbagai macam sel yang berasal
dari hewan maupun manusia.
Bahan Vaksin
Ummu Salamah mengurai bahan utama vaksin
adalah kuman virus atau bakteri hidup atau mati,
toksoid atau DNA dengan tambahan bahan
tertentu, manjalankan berbagai fungsi dan biakan
pembuatan vaksin.
Bahan-bahan vaksin tersebut antara lain:
Alumunium. Logam ini ditambahkan kepada vaksin
dalam bentuk gel atau garam untuk mendorong
produksi anti bodi. Logam ini dikenal sebagai
kemungkinan penyebab kejang, penyakit alizheimer,
kerusakan otak dan dementia (pikun). Menurut
Persatuan Pemerhati Vaksin Australia bahan ini
dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup.
Alumunium digunakan pada vaksin DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus), Dapt dan Hepatitis B.
Benzetonium Klorida, yaitu bahan pengawet yang
belum dievaluasi untuk konsumsi menusia dan
banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
Etilen Glikol merupakan bahan utama anti beku
yang digunakan pada beberapa vaksin yaitu Dapt,
polio, hepatitis B sebagai bahan pengawet.
Formaldehida / Formalin. Bahan ini menimbulkan
kekhawatiran besar karena dikenal sebagai
karsinogen (zat pencetus kenker). Bahan ini dikenal
untuk penggunaan pembalseman, fungisida,
insektisida dalam pembuatan bahan peledak dan
kain. Bahan ini dapat ditemukan pada beberapa
vaksin.
Gelatin adalah bahan yang dikenal sebagai allergen
(bahan pemicu alergi). Bahan ini ditemukan pada
vaksin cacar air dan MMR (Measles/ campak,
Mumps/ gondong,Rubella/ campak jerman).
Glutamat digunakan untuk menstabilkan beberapa
vaksin panas, cahaya dan kondisi lingkungan
lainnya. Bahan ini dikenal menyebabkan reaksi
buruk dan ditemukan pada vaksin varicela.
Noemicin. Antibiotik ini digunakan untuk mencegah
petumbuhan kuman didalam biakan vaksin. Bahan
ini menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang
dan ditemukan pada vaksin MMR dan Polio.
Fenol. Bahan yang berasal dari tar batubara ini
digunakan di dalam produk bahan pewarna,
desinfektan, plastic, bahan pengawet dan
germisida. Bahan ini sangat beracun dan
membahayakan.
Streptomisin. Antibiotika ini dikenal menimulkan
reaksi alergi danditemukan pada vaksin polio.
Timerosal. Bahan ini adalah pengawet yang
mengandung 50% etil merkuri yang mempunyaii
banyak sifat yang sama dengan merkuri (air raksa)
yang sangat beracun.
Sementara Persatuan Pemerhati Vaksin Australia
juga adanya bahan lain dalam vaksin antara lain :
Amonium Sulfat diduga dapat meracuni sistem
pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernafasan.
Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk
mencegah penyakit jamur. Efek sampingnya
menyebabkan pembekuan darah, bentuk sel darah
merah menjaditidak sempurna, masalah ginjal,
kelesuan, demam dan alergi pada kulit.
Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk
melekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan
dari susu, namun bahan ini dianggap protein asing
yang beracun.
Polysorbate 20 dan Polysorbate 80, bahan yang
meracuni kulit atau organ genital.
Hentikan Vaksin
Alhamdulillah sudah cukup banyak tenaga medis
dan bidan yang telah menghentikan program
pemberian imunisasi baik secara terang-terangan
maupun tersembunyi. Bidan Emma misalnya, dia
telah menghentikan program imunisasi di kliniknya
dengan alasan tidak mau mendzolimi bayi dan
masyarakat dengan memasukkan ragam barang
haram ke tubuh mereka.
Jika kita telaah telah banyak jenis vaksin yang
harus diterima tubuh ini, mulai dari bayi usia 0-1
minggu diberikan vaksin hepatitis ketika 2 jam
kelahiran, 1 minggu -3 bulan diberikan vaksin BCG,
DPT I – DPT V, hepatitis I – III, Polio I – IV, usia 1
tahun vaksin campak, usia 1-3 tahun diberi vaksin
MMR (Measles/ campak, Mumps/
gondong,Rubella/ campak jerman), usia kelas VI
SD diberi vaksin DPT VI. Sedangkan bagi dewasa
diberlakukan vaksin anti kanker servik, vaksin TT
(Tetanus Toxoid) untuk ibu hamil, vaksin meningitis
untuk calon jamaah haji, vaksin rabies, vaksin
pneumococcus, smallpox, influenza, demam tifoid,
cacar air, hepatitis A dan lainnya.
Seperti yang di ungkapkan oleh dr. Rini Syafri, M.Si
memberikan kesimpulan bahwa vaksinasi hanya
menjadi mimpi buruk bagi dunia akibat berlakunya
system sekuler.
Bahkan kesadaran masyarakat AS dan negara
Eropa seperti Perancis, Kanada, Inggris, dan
Belanda telah membatalkan beberapa program
vaksinasi.
***
Astagfirullah apa yang telah kita perbuat pada buah
hati kita selama ini. Bagi para orang tua yang telah
terlanjur membiarkan anak-anak mereka
mendapatkan imunisasi sebelum terlambat mari
kita hentikan gerakan ini. Kalau bukan kita sebagai
orang tua siapa lagi yang akan menjaga buah hati
kita dari tangan-tangan kotor kaum Yahudi. Dan
bahkan kita nanti akan dimintai pertanggung
jawaban oleh Allah Ta'ala tentang keturunan kita.
Jangan sampai kita terperosok ke jalan yang dapat
menjerumuskan kita pada siksa Nya. Mari kita
segera bertobat atas apa yang telah kita perbuat
pada buah hati kita.
Fakta lain telah banyak yang menyatakan bahwa
anak-anak tanpa imunisasi ternyata memiliki daya
tahan tubuh yang lebih baik dan kecerdasan yang
lebih baik pula. Bukankah Allah Ta’ala telah
berfirman dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin:
4)
Manusia merupakan makhluk unik yang dilengkapi
system kekebalan alami yang berpotensi melawan
semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan
berbahaya. Jika manusia menjalani hidupnya
sesuai petunjuk syariat yang berupa perintah dan
larangan, insya Allah kesehatannya terjaga dengan
baik. Tuntunan Islam dalam masalah kesehatan
jasmani dan rohani sudah sangat jelas dan tidak
ada sedikitpun yang diragukan. Islam telah
mendidik umatnya untuk merawat dan
meningkatkan kesehatannya (antibodi) dengan
menkonsumsi makanan dan minuman yang halal
dan thayyib, sekaligus melarang makan dan minum
barang yang diharamkan, kotor dan najis.
Wallahua'lam bish shawab.